ISLAMIC
INVASION
Confronting the World's
Fastest Growing Religion

bab10

KITAB SUCI ISLAM

Bab 10
Pengkajian Ilmiah Atas Alquran

Sangat mengherankan, banyak dari umat muslim modern merasa punya hak dan kebebasan penuh untuk mengkritik Alkitab dengan menuduh Alkitab korup (dicatut dan dikotori) dan isinya saling bertentangan.
Tetapi, ketika seseorang berani mengkritik Alquran seperti halnya mereka mengkritik Alkitab, mereka akan menyebutnya sebagai orang biadab, ofensif dan rasialis!

Buku Bucaille

Satu contoh perihal tersebut di atas, adalah buku yang ditulis oleh Maurice Bucaille berjudul The Bible, The Quran and Science.
Bucaille telah melancarkan serangan total atas pengilhaman dan teks-teks Alkitab. Dan terhadap Alquran ia meyakinkan pembacanya bahwa Alquran memiliki “ke-otentikan yang tidak terbantahkan.”

Dia tidak membahas banyaknya masalah yang dapat ditemukan di Alquran, namun dia hanya menghabiskan waktu untuk menyerang Alkitab semata.11.
   Murice Bucaille, The Bible, the Quran and the Science (Indianapolis: American Trust Pub., 1979), p. 126.
   He has a been answered in a definitive way by Dr. William Campbell in a book soon to published by Arab World Ministries in Upper Darby, Pennsylvania. He was kind enough to allow us to read his unpublished manuscript.
Kenyataannya, orang-orang malah telah mempersoalkan Alquran sejak awalnya dan masih terus mempersoalkannya sampai sekarang.

Beberapa Masalah

Terdapat beberapa masalah berkaitan dengan metodologi yang diungkapkan oleh Bucaille.

Pertama, baik itu Alquran maupun Hadis membenarkan Alkitab sebagai Firman Tuhan yang telah diilhamkan kepada manusia dan seringkali dipakai sebagai acuan atau sumber yang menguatkan, atas dasar mana Muhammad mengajar dan bertindak.
Jadi, sekali Alkitab direndahkan, Alquran dan Hadispun akan ikut direndahkan.22.
   For a short discussion of this point, see Adelphi Ghiyathuddin and Ernest Hahn, The Integrity of the Bible According to the Quran and the Hadith (Hyderabad, India: Henry Martyn Institute of Islamic Studies, 1977). John Gilchrist, The Textual History of the Quran and the Bible (Benoni, South Africa: Jesus to the Muslims, 1987).
   For a lengthy discussion see: C.G. Pfander, The Balance of Truth (London: Religious Tract Society, 1910).

Kedua, Bucaille melanggar salah satu hukum logika yang paling mendasar. Dia mengira, bila dapat “menyangkal kebenaran Alkitab” maka Alquran dapat ditegakkan.
Bagaimanapun, anda tidak dapat membuktikan ‘posisi kebenaran anda’ dengan menyalah-nyalahkan posisi orang lain. Secara logika, Alkitab, Alquran dan Hadis mungkin saja salah semuanya.
Alquran diilhamkan tidaklah hanya karena Kitab Suci lainnya tidak diilhamkan. Masing-masing kitab itu akan tetap tegak ataupun jatuh tergantung pada kualitas dan keunggulannya sendiri.

Alasan Putar-Putar (Circular Reasoning)

Sebagian umat Muslim lagi-lagi menggunakan cara berpikir yang berputar-putar tidak ada ujung dan pangkal ketika berurusan dengan Alquran.
Mereka sudah memutlakkan kebenarannya padahal itu seharusnya masih memerlukan pembuktian.

I





II




Muslim
Non Muslim
Muslim
Non Muslim
Muslim

Muslim
Non Muslim
Muslim
Non Muslim
Muslim
:
:
:
:
:

:
:
:
:
:
Muhammad adalah Nabi Allah
Apa itu benar?
Alquran yang menyatakan demikian.
Apa Alquran benar?
Kan, Muhammad itu Nabi Allah.

Alquran tanpa salah.
Mengapa hal itu benar?
Karena Alquran menyatakan demikian.
Tetapi, mengapa Alquran benar?
Alquran tanpa salah.

Kita tidak perlu berputar-putar dalam satu lingkaran tanpa ujung dan pangkal, tetapi kita harus menyerahkan Alquran agar dapat diuji secara ilmiah dan kristis.
Jika Alquran benar, ia akan bertahan dalam setiap pengujian.
Tetapi, jika Alquran salah, lebih baik mengetahuinya sekarang dari pada terus mengimaninya secara buta.

Kitab Injil Barnabas

Ada upaya yang baru-baru ini dilakukan beberapa orang Muslim, untuk memanfaatkan suatu buku yang berisi pengajaran yang tidak benar dari suatu sekte mistik Kristen yang berjudul Injil Barnabas.
Buku ini seolah-olah ditulis oleh salah seorang murid Yesus, dan dianggap merupakan suatu Injil yang telah lama terhilang.
Injil-injilan ini sampai-sampai dianggap lebih tinggi otoritasnya dari pada Kitab Perjanjian Baru.

Ilmuwan Barat telah berulang-ulang mendemostrasikan bahwa apa yang disebut Injil Barnabas itu adalah suatu karya penipuan dalam segala aspek.33.
   Selim Abdul-Ahad and Ernest Hahn, The Gospel of Barnabas (Hyderabad, India: Henry Martyn Institute of Islamic Studies, 1985).
   William Campbell, The Gospel of Barnabas: Its True Value (Rawalpinidi, Pakistan: Christian Study Center, 1989).
   John Gilchrist, Origins and Sources of the Gospel of Barnabas (Benoni, South Africa: Jesus to the Muslims, 1987).

Contohnya, Barnabas tidak mungkin menulis buku tersebut karena kosakata yang digunakan dalam buku itu bukanlah kosakata yang lazim digunakan pada abad pertama.
Lebih penting lagi, Injil Barnabas banyak mengandung pernyataan yang kontradiktif dengan pengajaran-pengajaran di dalam Alquran, Hadis, dan Alkitab. Injil Barnabas bertentangan dengan ketiganya dalam tiga pola yang berbeda.

Seperti halnya orang Muslim dapat menggunakan Injil Barnabas tersebut untuk menentang Alkitab, demikian juga orang-orang Non-Muslim dapat juga menggunakannya untuk menentang Alquran dan Hadis.44.
   For a complete list of contradictions between the Quran and the Gospel of Barnabas, see Campbell, Abdul-Ahad, and Hahn listed above.

Contohnya, Injil Barnabas mengutuk orang mempunyai lebih dari satu istri sementara Alquran mengizinkan sampai empat istri. Injil Barnabas juga mengizinkan seseorang makan daging babi sementara Alquran mengharamkannya.
Setiap Muslim yang menjagokan pewahyuan Injil Barnabas adalah sama artinya dengan menusuk lehernya sendiri!

[ Lebih jauh lagi, Injil Barnabas ini baru muncul pada tahun 1709, ditulis dalam bahasa Itali dengan kertas yang lazim dipakai orang antara abad 14 dan 16.
Penyelidikan telah menemukan bukti-bukti bahwa ia ditulis oleh seorang Arab (Mustafa Arande dengan nama samaran Fra Marino) beragama Islam yang berdomisili di Spanyol, dan ternyata tidak paham keadaan sejarah, geografi, adat-istiadat dan sosial Israel.
Antara lain dikatakan bahwa Yesus dilahirkan pada saat Pilatus adalah Gubernur negeri Yudea (padahal Pilatus baru menjabatnya sejak tahun 26 M hingga 36 M).
Kota Nazaret diterangkan sebagai kota pelabuhan, sehingga ada pasal yang menyebutkan bahwa Yesus berlayar ke Nazaret (padahal Nazaret bukanlah kota pesisir, melainkan kota di atas perbukitan Galilea). Total tercatat tidak kurang dari 30 kesalahan Konyol ]

Kebenaran Sederhana

Kebenaran sederhana, yaitu Alquran mengandung banyak masalah, sebagian akan diungkapkan sekarang.

Alquran menyatakan bahwa dirinya dari Allah, terjaga dari semua kesalahan, dan hal itu merupakan bukti pewahyuan (Surat 85:21, 22). Konsekuensi dari klaim ini, satu saja kesalahan yang dapat ditemui dalam Alquran sudahlah cukup untuk menggugurkan keberadaannya sebagai wahyu Allah! [ Inilah rumus-besi! ]

Prinsip Yang Masuk Akal:
yang lama Mencocokkan yang baru.

Prinsip yang digunakan Muhammad dalam awal pelayanannya memang valid (berlaku sah). Yaitu bahwa Wahyu yang lebih awal menjadi pengukur terhadap semua wahyu yang datang belakangan. (Baca Surat 10:94).
Dengan demikian, Alkitablah yang harus dijadikan standar acuan dari semua wahyu-wahyu baru termasuk Alquran sendiri.

Hal tersebut semata-mata hanya merupakan masalah kronologis. Muhammad datang 600 tahun setelah Yesus Kristus. Jadi Alquran diturunkan jauh hari setelah adanya Kitab Perjanjian Baru.

Keabsahan Kitab Perjanjian Baru didasarkan pada kenyataan bahwa nubuat-nubuat, simbol-simbol, dan tipologi Kitab Perjanjian Lama itu tergenapi.
Jadi dengan cara yang sama, jikalau Alquran akan diterima sebagai Firman Tuhan juga, maka Alquran harus juga lulus testing secara sempurna memenuhi kesesuaian terhadap Kitab-kitab Suci yang ada sebelumnya, yaitu Alkitab.

Alquran sendiri menyatakan bahwa ia merupakan kelanjutan dari Alkitab, oleh karenanya ia tidak akan berkontradiksi dengan Alkitab (Surat 2:136).

Masalah Logika & Prioritas

Yang dimaksudkan di sini adalah logika dasar, yaitu kalau timbul konflik atau terjadi kontradiksi antara Alkitab dan Alquran, maka Alquranlah yang harus dikesampingkan, bukannya Alkitab.
Kesimpulannya, Alquran tidak akan pernah bertentangan dengan Alkitab, karena bagaimana mungkin Allah akan bertentangan dengan dirinya sendiri.

Jikalau Allah bertentangan dengan dirinya sendiri, dia merupakan Allah yang tidak sempurna. Kalau dia tidak sempurna pastilah dia bukan tuhan.

[ Orang-orang Muslim awam menduga bahwa Alquran yang turun belakangan itu justru yang harus dianggap paling benar bila terjadi kontradiksi antara Alkitab dan Alquran. Mereka mempersamakan hal ini dengan temuan-temuan ilmiah yang paling akhir mengkoreksi yang awal-awal. Persamaan ini jelas salah karena yang bisa dikoreksi adalah hal-hal yang belum pasti kebenarannya (sekalipun ilmiah). Namun Alkitab telah dipastikan kebenarannya oleh semua Nabi-nabi termasuk Muhammad. Alkitab-lah yang menjadi pengukur untuk semua wahyu yang datang kemudian.

Prinsip kebenaran adalah “ada kebenaran, baru kemudian ada kepalsuan.” Kepalsuan tidak bisa hadir mendahului kebenaran. Tidak ada kepalsuan bila tidak ada kebenaran. Kepalsuan tidak bisa hadir sendirian dalam kehampaan kebenaran!
Jadi kebenaran lama haruslah menjadi acuan bagi setiap ajaran baru yang ingin dibenarkan. Itu sebabnya keshahian setiap HADIS juga dirujukkan pada sistem periwayatan sanad-nya. Di mana para rawi (rantai pemberita hadis) selalu dirujukkan terus ke jenjang belakang hingga bertemu kepada sumber kebenaran Hadis itu sendiri, jenjang paling awal mula yaitu Muhammad. Misalnya jenjang rawi ketiga, At ba’al tabi’in, dirujukkan ke jenjang kedua, Tabi’in hingga jenjang sahabat Nabi yang mengklaim sumbernya dari Muhammad sendiri. Jadi yang awal-mula mem-verifikasi yang belakangan!

Demikian juga, Kitab Perjanjian lama adalah otoritas rujukan untuk mem-verifikasi kebenaran penggenapan nubuat-nubuat oleh seorang Mesias yang datang belakangan, yang bernama Yesus dalam Perjanjian baru ]

Jika Alquran tidak sesuai dengan teks dan pengajaran yang ada di dalam Alkitab, itu artinya Alquran berkontradiksi dengan Alkitab, yang mana berarti lebih lanjut bahwa Alquran harus menyerah kepada Alkitab, semata-mata karena Alquran harus selalu mengacu kepada Alkitab dalam menguji kebenarannya (lihat perintah Allah kepada Muhammad QS 10:94).
Anehnya orang-orang Islam tetap bersikukuh menyalahi Alkitab (dengan menyalahi QS 10:94 secara tak langsung), sekalipun tanpa bukti.

Sebagai contoh, Alquran bertentangan dengan Alkitab mengenai masalah penyaliban Yesus yang diingkari Alquran.

Sekarang, apakah ada naskah yang membuktikan bahwa ayat-ayat Alkitab yang berbicara mengenai penyaliban Yesus itu bukan asli dari Alkitab?
Apakah ada bukti-bukti tertulis dari manapun yang menyatakan bahwa Alitab aslinya tidak mengajarkan mengenai penyaliban?

Tak ada bukti satupun dan dari manapun yang menyatakan bahwa teks Alkitab salah dalam hal penyaliban Yesus Kristus.
Alkitab sejak awal mulanya, dengan jelas telah mengajarkan bahwa Yesus mati di salib.55.
   For a short treatment on the subject see John Gilchrist, The Crucifixion: A Fact, Not a Fiction (Benoni, South Africa: Jesus to the Muslims, 1987).
   For a lengthy treatment, see Josh McDowell and John Gilchrist, The Islam Debate (San Bernardino, CA: Here’s Life Pub., 1983) and Anis Shorrosh, Islam Revealed (Nashville: Thomas Nelson, 1988).
(Apalagi penyaliban ini ternubuatkan di dalam Kitab-kitab sebelumnya, Mazmur 22:2, 17-19; Zakaria 12:10 dan lain-lain).

Suatu Dilema Logika

Umat Muslim terperangkap dalam dilema. Jikalau mereka mau mengakui bahwa teks Alkitab memang sejak semula menyatakan Yesus mati di atas kayu salib, itu berarti Alquran secara langsung bertentangan dengan Alkitab sebagai wahyu yang tertua.
Namun Muhammad berjanji, perihal tersebut tidak akan terjadi. Mengapa? Sebab, Alquran haruslah sesuai dengan wahyu tertua (Alkitab) karena baik Alquran maupun Alkitab, keduanya diturunkan oleh Tuhan yang sama.

Sebaliknya, kalau umat muslim menolak Alkitab, mereka harus juga menolak Alquran karena Alquran mengacu pada Alkitab sebagai firman Tuhan.

Sebaliknya lagi, kalaupun mereka menerima Alkitab mereka masih tetap harus menolak Alquran karena Alquran nyata-nyatanya telah bertentangan dengan Alkitab.

Pilihan mana saja tetap Alquran yang kalah.

[ Untuk mengurangi tekanan dilema ini, umat Muslim sampai terpaksa harus menuduh bahwa semua Alkitab yang ada adalah palsu (sesuatu yang tidak dituduhkan Alquran dan tidak dibuktikan oleh siapapun).
Dituduhkan bahwa yang asli telah dihilangkan oleh tangan-tangan kotor (padahal Alquran telah mengatakan kebenaran bahwa kalimat Allah tidak bisa dirubah manusia (Surat 6:34), apalagi menghilangkannya! Bila bisa dilenyapkan, tentulah itu fana, bukan firman Allah ]

Suatu Keimanan Tanpa Dasar

Jadi, apa yang dilakukan umat muslim?
Mereka mengimani sesuatu yang tidak berdasar, yakni dengan menempatkan diri mereka seolah-olah mengatakan:

“Teks Alkitab dalam hal ini pasti salah.
Alkitab aslinya tidak mengajarkan bahwa Yesus itu mati di salib.
Kami tidak perlu membuktikannya.
Kami harus mengetahuinya begitu, karena kalau tidak, kami akan terperangkap di dalam dilema yang mengharuskan kami mengakui kelemahan Alquran karena bagaimanapun Alquran telah mengacu pada Alkitab sebagai dasar otoritasnya sendiri.”

Argumentasi Muslim tanpa dasar seperti itu menimbulkan efek yang tidak sehat pada pola berpikir ilmiah mereka.

Jika tidak ada serangkaian bukti yang menunjukkan bahwa suatu teks tertentu dalam Alkitab telah mengalami penaskahan yang salah, maka sungguh tidak rasional menyatakannya sebagai sesuatu yang salah hanya karena Alkitab tidak sesuai dengan Alquran.

Umat Muslim menanggapi masalah ini dengan menyatakan Alkitab itu terkorupsi – salah, setelah Alquran terwahyu – benar, secara tertulis.

Tapi bukankah kita memiliki naskah-naskah Kitab Perjanjian Lama yang ditulis 200 tahun sebelum Masehi dan sebagian dari Kitab Perjanjian Baru yang ditulis pada abad-abad pertama? (Yang sampai kinipun tercatat sama seperti yang ada sekarang ini).
Maka kita tahu persis bahwa Alkitab masih mencerminkan keadaan seperti ketika Yesus dan Rasul-Rasul hidup pada zaman tersebut.

Jikalau kita membandingkan Alkitab yang bersih ini dengan tulisan-tulisan yang kacau dari Alquran, termasuk nama-nama, kejadian-kejadian dan ujaran-ujaran yang acak-acakan yang terdapat dalam Alquran, maka tampaklah Alquran itu merupakan buah kesalahan.

Perlulah dikemukakan bahwa umat Muslim membela diri dengan menyatakan bahwa Alquran sudah pasti sempurna, karena Tuhanlah pasti akan menjaga firman-Nya bebas dari kesalahan.
Namun demikian, jikalau Tuhan telah gagal menjaga kebenaran Alkitab, sebagaimana yang mereka klaim, mengapa kini Tuhan harus sukses melakukannya untuk Alquran?

Suatu Pengujian Ilmiah

Secara logis, Alkitab terpilih melebihi Alquran, bukanlah hanya karena Alkitab terlebih dahulu ada sebelum Alquran, tetapi juga karena Alquran selalu merujukkan keabsahan Alkitab yang sudah ada, yang mempunyai otoritas lebih tinggi sebagai pokok rujukan.

Terlepas dari posisi tersebut, kami ingin meneruskan pengujian Alquran secara ilmiah. Tetapi karena Alquran mengandung sangat banyak masalah, kami membatasi diri hanya membicarakan masalah yang penting-penting saja.

Berapa Harikah Karya Penciptaan Terlaksana?

Masalah pertama dalam Alquran yaitu menyangkut berapa harikah karya penciptaan dilakukan oleh Tuhan.
Bila anda menjumlahkan semua hari yang disebutkan dalam Surat 41:9, 10, 12 anda akan mendapatkan jumlah 8 hari yang diperlukan Tuhan untuk melakukan karya penciptaan-Nya (4 hari + 2 hari + 2 hari = 8 hari)

Tetapi menurut Alkitab (Kejadian 1:31) hanya 6 hari yang Tuhan perlukan untuk menciptakan alam semesta.
Jadi kesimpulannya Alquran sudah bertentangan dengan Alkitab sejak dimulai bab I dari Alkitab.

Seorang sahabat Muslim berkeberatan atas perihal ini dengan menyatakan bahwa teks Alkitab berbahasa Ibrani tidak diragukan lagi pasti salah, dan bahwa yang benar adalah 8 hari.

Saya lalu menyatakan bahwa tidak ada bukti dalam naskah-naskah Alkitab berbahasa Ibrani mengenai adanya kesalahan. Selain itu, ada ayat lain dalam Alkitab yang menyatakan bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dalam 6 hari (Keluaran 20:11).

Kemudian saya menunjukkan bahwa di Alquran dalam Surat 7:51 dan 10:3 mengakui perhitungan Alkitab bahwa karya penciptaan Tuhan dilakukan dalam 6 hari. Kalau 6 hari ini salah, itu berarti Surat 7 dan 10 dalam Alquran juga salah. Tetapi kalau 8 hari salah, Surat 41 juga salah.

Dengan menggunakan penalaran Muslim klasik, teman saya itu akhirnya menjawab bahwa Alquran tidak mengatakan 8 hari.

Saya menjumlahkan hari-hari yang disebut dalam Surat 41 yaitu 4+2+2=8.
Dia kemudian menjumlahkannya dengan cara 4+2+2=6 “karena 4 dapat dibagi 2 dan oleh karenanya 4 sesungguhnya 2 juga.”

Ketika saya menunjukkan bahwa dalam bahasa Arab disebutkan 4, dan bukan 2, hal tersebut tidak membuatnya kecil hati. Dia tetap saja mempertahankan pendapatnya, 4=2, karena kalau tidak demikian dia akan terjebak bahwa Alquran-lah yang salah.
Jadi, dia lebih baik membuat pernyataan yang tidak masuk akal, bahwa 4=2, dari pada mengakui kenyataannya bahwa Muhammad membuat satu kesalahan dalam hal ini.

[ Muslim modern juga membela dengan cara yang memplintir angka-angka yang tidak dimaksudkan oleh Alquran sama sekali.
Debat mereka, 4 hari yang disebutkan itu sudah mencakup salah satu dari 2 hari yang disebut, jadi terhitung 4+(2=0)+2=6 hari ]

Nuh, Air Bah,
dan Putera-Putera nuh

Menurut Alkitab, tiga putera Nuh semuanya masuk ke bahtera bersama dengan Nuh dan mereka semua diselamatkan dari air bah (Kejadian 7:1, 7, 13)
Namun, Alquran dalam Surat 11:32-48 menyatakan bahwa salah satu dari putera Nuh menolak masuk bahtera, maka pada akhirnya ia tenggelam di dalam air bah.

[ Sementara Surat 21:76, 77 mengisyaratkan Nuh beserta seluruh keluarganya selamat semua ]

Surat 11:44 juga menyatakan bahwa bahtera itu bersandar di atas gunung Judi sementara Alkitab mengatakan di atas gunung Ararat. Dalam hal ini sungguh sangat jelas perbedaan antara Alkitab dan Alquran.

[ Rasul Petrus, salah satu dari murid Yesus yang dibenarkan Alquran (hawariyyun) juga menyaksikan kebenaran penyelamatan Tuhan atas 8 nyawa semuanya, baca 2 Petrus 2:5.
Jadi siapa yang korup, Alkitab atau Alquran? Kenapa Alkitab harus mengkorupi kejadian ini? Quran juga tak mungkin akan mengkorupi apa-apa untuk hal-hal semacam ini, kecuali karena Muhammad telah mendengarnya dari sumber-sumber yang membuatnya keliru ]

Kesalahan-Kesalahan Berkaitan Dengan Abraham

Alquran membuat banyak sekali kesalahan mengenai Abraham.
  1. Alquran menyatakan bahwa nama ayah dari Abraham adalah Azar (Surat 6:740), tetapi Alkitab mengatakan namanya Terah.
    [ Tetap tercatat nama Terah, turun-temurun dari anak-anak Abraham, yaitu kaum Yahudi dan nabi-nabi Yahudi. Dan baru setelah lewat 2500 tahun tiba-tiba ada orang lain non-Yahudi memberi nama yang berbeda, bukan karena mau mengkorupi melainkan karena salah wahyu atau tidak paham saja ]
  2. Dia tidak tinggal dan menyembah Tuhan di lembah Mekah (Surat 14:37) tetapi di Hebron sesuai Alkitab.
    [ Setting Palestina tiba-tiba digiring menjadi setting Arab! ]
  3. Menurut Alkitab, anak Abraham yang bernama Ishak yang akan dikorbankan, bukan Ismael seperti yang dianggap dinyatakan oleh Alquran (Surat 37:100-12).
    [ Tidak ada nama Ismael disebut di sini, kecuali disebut “seorang anak.” Orang Muslim haruslah amat heran kenapa Quran ragu menyebut sesuatu yang harus dikoreksikannya dengan lantang? Para pakar dengan sangat logis menduga, Muhammad takut ditertawakan oleh orang Yahudi/Nasrani yang tahu persis siapa anak tersebut ]
  4. Abraham punya 8 anak, bukan 2 sebagaimana yang dinyatakan Alquran seperti yang “diketahui” oleh Muhammad
  5. Dia punya 3 istri dan bukan 2 sebagaimana yang dinyatakan dalam Alquran.
  6. Dia sama sekali tidak membangun Kaabah, walaupun Alquran menyatakan demikian (Surat 2:125-127).
    [ Setting Palestina tiba-tiba menjadi setting Arab! ]
  7. Dia tidak dilemparkan ke dalam api oleh Nimrod sebagaimana yang dinyatakan oleh Alquran dalam Surat 21:68, 69 dan 9:69.

Kesalahan terakhir ini (no. 7) adalah sangat mencolok seriusnya karena menimbulkan masalah secara kasat mata di dalam Alquran. Sebab Nimrod hidup beberapa abad sebelum Abraham!
Bagaimana mungkin Nimrod mendalangi pelemparan Abraham ke dalam api, karena pada waktu Abraham hidup, Nimrod sudah mati beberapa abad sebelumnya?

Waktu Linear

Berbagai cerita dan legenda Arab mencampuradukkan tempat-tempat, orang-orang dan peristiwa-peristiwa dalam satu penampakan yang sama solah-olah mereka semua hidup pada waktu yang sama.
Itulah sebabnya mengapa di dalam Alquran, nama-nama seperti Nimrod dan Abraham, Haman dan Musa, Maria dan Harun, dan lain-lain, semuanya digambarkan seolah-olah mereka hidup dan bekerja dalam waktu yang sama.

Perihal tersebut, juga menjadi penyebab mengapa Alquran dapat mencampuradukkan air bah dan Musa, menara Babel dan Firaun, dan lain-lain seolah-olah semuanya itu terjadi pada saat yang sama.

Ini merupakan suatu ancaman yang serius bagi integritas Alquran karena hal itu merusak kronologis sejarah Alquran, sejarah Alkitab dan sejarah sekuler semuanya.

Kesalahan Mengenai Yusuf

Alquran membuat kesalahan ketika menyatakan bahwa orang yang membeli Yusuf, anak Yakub, adalah bernama Aziz (Surat 12:21 ff) padahal namanya adalah Potifar (Kejadian 37:36)

[ Nama Potifar melegenda turun-temurun sejak Taurat Musa. Sejarah mana yang pernah memperkenalkan nama Aziz? Nabi mana yang pernah menyebut nama tersebut, kecuali seorang Nabi dari Arab yang datang sangat terlambat untuk “mengoreksinya”? ]

Ciri-Ciri Alkitabiah

Alquran juga membuat kesalahan yang sama ketika ia menamai Goliat sebagai Jalut, Korah sebagai Karun, Saul sebagai Talut, Enock sebagai Idris, Yehezkiel sebagai Dhu’l-khifl, dan Yohanes Pembaptis sebagai Yahya, [ Yesus sebagai Isa ] dan lain-lain.

Karena muhammad tidak mempunyai akses ke Alkitab (terjemahan Alkitab dalam bahasa Arab belum ada pada waktu itu), dia sering mendapatkan nama-nama, peristiwa-peristiwa, dan kronologi yang serba salah.

Encyclopedia Britannica menyatakan:
Penyimpangan-penyimpangan dari periwayatan Alkitabiah sangatlah kentara, dan dalam banyak hal dapat ditelusuri kembali dalam anekdot dari Haggada Yahudi (buku liturgi Yahudi) dan Injil-injilan apokrif yang banyak disebut-sebut sebagai sumber dari mana Muhammad merujuk informasi ini.
Tidak ada bukti bahwa Muhammad dapat membaca, dan ketergantungannya pada komunikasi lisan mungkin dapat memberi penjelasan mengapa terjadi miskonsepsi pada dirinya, contohnya kerancuan antara Haman (sebagai menteri dari Ahasyweros) dengan menteri dari Firaun (Surat 40:35, 37) dan antara saudara perempuan Musa, Miryam, dengan Maria ibu Yesus.66.
   Encyclopedia Britannica, 13: 479.
Kesalahan Muhammad terhadap pengertian pokok mengenai cerita dan doktrin-doktrin Alkitabiah mencerminkan dia hanya mengetahui cerita-cerita itu berdasarkan desas-desus saja.
Seperti yang dinyatakan seorang ilmuwan besar dalam kajian Arab bernama Canon Edward Sell mengenai kesalahan nama-nama:
Dia (Muhammad) pasti tidak memperoleh pengetahuan mengenai nama-nama tersebut dari sumber aslinya yaitu Alkitab Perjanjian lama. Kerancuan mengenai nama-nama itu sungguh sangat kentara.77.
   Sell, Studies, p. 225.

Kesalahan Mengenai Musa

Alquran mengandung banyak kesalahan mengenai Musa:
  1. Orang yang mengadopsi Musa bukanlah istri Firaun seperti yang dinyatakan oleh Alquran dalam Surat 28:8, 9. Orang yang mengadopsinya adalah puteri Firaun (Keluaran 2:5).
    [ Siapa yang salah catat di sini? Musa ataukah Muhammad? Musa sebagai nabi terbesar Yahudi, juga sebagai penutur/ penulis riwayatnya ini sendiri, akankah salah mencatat, dan diikuti salah oleh seluruh nabi-nabi lain dan umat Israel? ]
  2. Air bah Nuh tidak berlangsung pada zaman Musa sebagaimana yang Alquran katakan (Surat 7:136, 137, 138 bandingkan Surat 7:59ff). Kesalahan ini tidak mudah dapat disingkirkan.
  3. Alquran menyatakan bahwa Haman hidup di Mesir pada zaman Musa dan dia bekerja untuk Firaun membangun Menara Babel (Surat 27:4-6; 28:39; 40:23, 24, 36, 37). Tetapi sesungguhnya Haman hidup di Persia dan melayani Raja Ahasyweros. Untuk lebih terperinci lihat Kitab Ester 8.
    [ Rupa-rupanya Muhammad mengira Ahasyweros ini salah satu Firaun di Mesir ]
    Kesalahan ini sungguh serius karena tidak saja bertentangan dengan Alkitab tapi juga bertentangan dengan sejarah sekuler.
  4. Penyaliban tak pernah digunakan di Mesir pada zaman Firaun, walaupun Alquran menyatakan demikian dalam Surat 7:124.

Kesalahan Mengenai Maria

Alquran banyak kesalahan mengenai Maria, ibu Yesus:
  1. Ayah Maria bukan Imran (Surat 66:12).
  2. Maria tidak melahirkan Yesus di bawah pohon palem sendirian (Surat 19: 22-25), tetapi di sebuah kandang ditemani oleh Yusuf (Lukas 2:1-20).
  3. Muhammad mengalami kebingungan membedakan ibu Yesus, Maria, dengan saudara perempuan Musa dan Harun, Miryam, (Surat 19:28).99.
       Caesar Farah, Islam: Beliefs and Observation (New York: Barrons, 1987),

    Hal ini merupakan kesalahan serius karena menunjukkan bahwa Muhammad tidak mempunyai pemahaman mengenai perbedaan periode untuk tokoh-tokoh yang tertulis dalam Alkitab.
  4. Muhammad dengan sangat jelas mengarang-ngarang cerita dan mujizat bohong-bohongan yang telah terjadi bagi Maria (Surat 19:23-26).
  5. Zakharia tidak dapat berbicara, ini berlangsung terus sampai anaknya lahir (Lukas 1:20 ), bukannya hanya selama tiga malam seperti yang dinyatakan oleh Alquran (Surat 19:10 ).
    [ NB. Muhammad membuat kekeliruan fatal atas wahyu yang mengisahkan tentang Zakharia:
  1. Bisunya Zakharia selama 3 malam?! Bisu mendadak untuk 3 malam adalah “sepele,” dalam artian bahwa itu bukan berita yang menggemparkan bagi suatu tanda Allah yang ingin dikhususkan bagi penghukuman Zakharia yang menolak percaya bagi kehamilan sebagai mujizat Allah.

    Sebaliknya, Alkitab sekaligus menyatakan 2 tanda khusus yang langsung berkaitan dengan kehamilan DAN kelahiran sebagai mujizat. Yaitu bisu sepanjang kehamilan 9 bulan, DAN mendadak hilang bisu ketika kelahiran Yahya terjadi! Maka tanda-tanda ajaib ini menjadi kegemparan dan ketakutan dan buah tutur bagi seluruh penduduk desanya ketika tiba-tiba Zakharia bisa berkata-kata kembali.
    Kisah Alkitab ini tidak mungkin bohong-bohongan karena para saksi atas kejadian ini adalah orang-orang seisi desa dan sekitarnya. Juga termasuk Maria yang sempat datang mengunjungi keluarga ini (Lukas 1:39-66).

  2. Zakharia memelihara perawan Maria?! QS 3:37:”..., dan Allah menjadikan Zakharia pemeliharanya (Maryam). Setiap Zakharia masuk menemui (Maryam) di Mihrab, dia dapati makanan di sisinya, Zakharia berkata, “Hai Marya, dari mana engkau memperolehnya?’ Maryam menjawab, ‘Itu dari Allah.’ Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya dengan tiada terhitung.”
    Muhammad terjebak dalam ketidak-tahuan akan tradisi ritual dan kesukuan Yahudi. Zakharia tidak tinggal di Bait Allah di Yerusalem, jadi tak mungkin dia merawat Maria di sana. Dia, sebagai seorang imam, dipilih oleh rakyat untuk melayani (secara bergiliran dengan undi) di Bait Suci di Yerusalem tersebut hanya untuk sementara waktu! (Lukas 1:5-40).
    Tak seorangpun dalam keadaan apapun boleh tinggal dalam Ruang Maha Kudus; hanya imam agung sajalah yang diperbolehkan memasukinya sekali dalam setahun pada Hari Penebusan Dosa, dengan membawa korban untuk menebus dosa (1 Raja-Raja 8:6, 8, 9; Imamat 16:2, 32, 33; Ibrani 9:7).
    Zakharia tidak memelihara Maria, karena Zakharia berasal dari suku Lewi (Ibrani 7:14) sedangkan Maria adalah suku Yehuda. Terlebih lagi, Zakharia hidup di Yudea sedangkan Maria tinggal di Nazaret dengan selisih jarak sehari penuh perjalanan!
    Jadi, tampaklah seluruh wahyu Muhammad sungguh tidak lulus fakta-fakta kultural! ]

Istilah Dan Kisah Khayalan

Muhammad mengarang-ngarang cerita khayalan mengenai tokoh-tokoh Alkitab dengan menggunakan kata-kata seperti “Muslim” dan “Islam” yaitu istilah-istilah yang tidak dikenal oleh dan tidak muncul dari mulut nabi-nabi manapun di masanya.
Hal ini cukup menggelikan ibarat mengisahkan bahwa Muhammad berkata, “Saya suka sekali ayam goreng Kentucky”. Sudah jelas istilah “ayam goreng Kentucky” tidak ada pada zaman Muhammad.

[ Terdapatnya istilah “Islam” maupun “Muslim” pada teks-teks “Alkitab” seperti yang di-klaim Muhammad, jelas merupakan usaha penboncengan dan peleburan sosok-sosok Islam ke dalam tubuh Alkitab demi meleburkan, memenangkan, orang Yahudi/Kristen ke dalam Islam ]

Semua cerita-cerita di dalam Alquran mengenai Abraham, Ishak, Yakub, Nuh, Musa, Maria, Yesus, dan lain-lain mengandung banyak kata-kata dan frasa-frasa yang dengan jelas menunjukkan kepalsuan belaka (Surat 2:60, 126-128, 132-133, 260; 3:49-52, 67; 6:74-82; 7:59-63, 120-126; 10:71,72; 18:60-70; 19:16-33; dan lain-lain).

Tes Air

[ Kembali setting periwayatan Muhammad diubah secara kasat mata ]:

Testing bagaimana cara para tentara minum air dari sebuah sungai bukanlah berlangsung pada waktu Daud mengalahkan Goliat atau pada zamannya Saul (Thalut), tetapi berlangsung pada masa yang jauh sebelumnya, yaitu pada masa Gideon. (Bandingkan Surat 2:249, 250 dengan Hakim-Hakim 7:1-8).

[ Perhatikan betapa Muhammad tidak paham akan kisah yang sebenarnya, dan tetap mencoba mencomot kisah ini untuk dijadikan bagian “wahyu” dalam Alquran.
Anda akan bertanya, apa maksud Allah SWT melakukan testing air itu bagi kalangan tentara Thalut? Apa kegunaan kisah itu sebagai Firman Allah untuk manusia? Dan anda tidak akan pernah menemui jawabannya!
Ini berlainan dengan motif Alkitab yang justru menggambarkan maksud dan kegunaan dari test tersebut bagi rakyat Israel ]

Kesalahan Sejarah Sekuler

Alquran mengandung kesalahan historis yang kasat mata:
  1. Salah satu contoh tertulis dalam Surat 105 di mana Muhammad mengklaim bahwa pasukan gajah dari Abrah dikalahkan oleh serangan batu yang dijatuhkan oleh burung-burung dari udara.
    Menurut catatan sejarah, bahwa pasukan Abrah membatalkan serangan ke Mekah setelah berjangkitnya penyakit cacar air di kalangan pasukan tersebut.1010.
       Guillaume, Islam, pp. 21ff.

  2. Kaabah tidak dibangun oleh Adam, dan juga tidak dibangun kembali oleh Abraham. Kaabah dibangun oleh para penyembah berhala untuk menyembah batu hitam (meteorit) yang jatuh dari langit. Abraham tidak pernah hidup/tinggal di Mekah.
    [Buktinya? Tidak ada satupun literatur atau kisah tradisi yang bisa ditemukan sebelum Muhammad mendongengkan sejarah Ibrahim/Ismail di Mekah. Juga, tidak pernah ditemukan jejak arkeologi Ibrahim di sana]

  3. Di dalam Surat 20:87, 95 kita diberitahu bahwa orang-orang Yahudi membuat anak lembu emas di padang pasir atas saran dari “orang-orang Samaria.” Hal ini jelas merupakan kesalahan historis karena negara dan orang-orang Samaria belum exist/ terbentuk pada peristiwa tersebut.
    Eksistensi Samaria barulah muncul ratusan tahun kemudian setelah penawanan bangsa Israel yang pertama yang dilakukan oleh orang-orang Assyria, dan berikutnya oleh orang-orang Babilonia.
    (Lihat sendiri betapa para penerjemah Alquran, Yusuf Ali dan lain-lain, berusaha sekali menjauhkan kesalahan ini dengan mengaburkannya dalam terjemahannya, namun dalam bahasa Arabnya, hal ini tetap jelas).

  4. Salah satu kesalahan dalam Alquran yang terbesar menyangkut Alexander yang Agung, yang disebutnya Zulqarnain.
    Alquran menyatakan, Alexander yang Agung adalah seorang Muslim yang menyembah Allah dan hidup sampai hari tuanya (Surat 18:89-98).
    Kesalahan ini sangatlah sukar diperbaiki karena bukti sejarah mengenai Alexander menunjukkan bahwa ia bukanlah seorang Muslim dan dia tidak hidup sampai usia tua.
    Encyclopedia Britannica menyatakan:
    Laporan Muhammad mengenai Alexander, yang diperkenalkan sebagai “orang yang bertanduk dua” (Surat 18:82), diambil dari cerita Roman Alexander, yang telah beredar luas di kalangan orang-orang Kristen Nestoria abad ke-7 versi Syriak.1111.
       Encyclopedia Britannica, 15:479.

Sehubungan dengan adanya kesalahan historis ini, beberapa dari kalangan Muslim modern membuat sanggahan dengan menyatakan bahwa Alquran tidak berbicara mengenai Alexander.
Namun berdasarkan pada interpretasi Muslim ortodoks mengenai hal itu, bahkan Yusuf Ali juga mengakui sebagai berikut:

Saya tidak ragu-ragu sedikitpun bahwa Zul-qarnain yang dimaksud adalah Alexander yang Agung, Alexander historis, dan bukan Alexander khayalan/legendaris.1212.
   Ibid., p. 763.

The Concise Dictionary of Islam juga membenarkan pandangan bahwa Alexander yang Agung adalah subyek yang dimaksud dalam konteks tersebut.1313.
   Concise Dictionnary of Islam, p. 229.

Bahkan lagi Alquran masih juga “menantang keilmuwan” dengan menyatakan bahwa Alexander yang Agung menempuh jalan searah tenggelamnya matahari dan akhirnya sampai kepada sumber air yang berlumpur hitam (Surat 18:85, 86)!

Saling Berkontradiksi

Pernyataan-pernyataan Alquran saling berkontradiksi menyangkut banyak hal.
Surat 39:23, 28 mengklaim bahwa Alquran bebas dari kontradiksi apapun. Jadi kalau terdapat satu saja kontradiksi di dalamnya, berarti sudah cukup untuk menunjukkan bahwa Alquran bukanlah Firman Tuhan.
  1. Seperti pernah kami perlihatkan, Alquran menawarkan kepada kita laporan mengenai cara Muhammd menerima Alquran yang saling bertentangan satu sama lain.
    [ Hasil terjemahan Alquran mencoba menjerumuskan oknum pewahyu ‘yang sebenarnya banyak’ itu menjadi seolah-olah hanya satu saja. Namun, asli bahasa Arab memperlihatkan banyak oknum yang berbeda satu dengan lainnya, dengan sebutan-sebutan yang berbeda ]
  1. Pertama kita diberitahu bahwa sosok Allah datang kepada Muhammad dalam rupa manusia dan bahwa Muhammad melihat Allah (Surat 53:2-18; 81:19-24).
  2. Kemudian kita diberitahu bahwa Rohulqudus-lahyang datang kepada Muhammad (Surat 16:102; 26:192-194).
  3. Selanjutnya Alquran menyatakan bahwa para Malaikat-lah (jamak) yang mendatangi Muhammad (Surat 15:8).
  4. Versi terakhir, yang merupakan versi paling populer yaitu bahwa Malaikat Jibril yang menyerahkan Alquran kepada Muhammad (Surat 2:97).
[ Nama spesifik “Jibril” hanya muncul 3 kali di seluruh Alquran yaitu Surat 2:97, 98 dan 66:4. Yang lain hanyalah Jibril yang disebut dan ditafsirkan oleh si penerjemah.
Muhammad bahkan tidak mengenal nama ini ketika ia masih berada di Mekah. Tidakkah itu teramat aneh bahwa sesudah belasan tahun berwahyu, Jibril baru memperkenalkan nama dirinya kepada Muhammad?
Para ahli me-nonsens-kan hal ini, dan menyatakan bahwa Muhammad mengetahui nama tersebut belakangan dari orang-orang Yahudi dan Nasrani ]
  1. Alquran mengungkapkan 2 hal yang berbeda mengenai lamanya 1 hari di mata Tuhan, yang pertama bahwa 1 hari adalah 1000 tahun di Mata Tuhan, dan yang kedua bahwa 1 hari adalah 50.000 tahun (bandingkan Surat 32:5 dengan Surat 70:4).
  2. Pertama-tama Muhammad mengatakan kepada pengikutnya untuk menghadap ke Yerusalem dalam sembahyang mereka. Kemudian dia mengatakan, mereka boleh menghadap mana saja waktu mereka sembahyang karena Tuhan ada di mana-mana (Surat 2:115).
    Kemudian Muhammad berubah pikiran lagi dan mengharuskan pengikutnya menghadap ke arah Mekah pada waktu mereka sembahyang (Surat 2:144).
    Banyak para ilmuwan percaya bahwa perubahan-perubahan arah sembahyang tersebut tergantung pada siapa yang akan disenangkan oleh Muhammad pada suatu waktu. Apakah untuk menyenangkan orang Yahudi (dengan kiblat ke Yerusalem), atau untuk para Quraisy penyembah berhala (dengan kiblat ke Mekah).1414.
       McClintock and Strong, Cyclopedia, VI:407. See also Dashti, 23 Years, p. 92.
  3. Pertama Muhammad mengatakan, para pengikutnya boleh membela diri kalau diserang (Surat 22:39). Kemudian dia memerintahkan mereka untuk berperang demi dirinya (Surat 2:216-218).
    Hal ini bertujuan untuk mendapatkan harta benda dengan menjarah para kafilah. Tetapi dengan makin meningkatnya kekuatan pasukannya, meningkat pula kehausan akan harta rampasan (Surat 5:33). Maka dia mengumumkan perang untuk menaklukkan para pengikut agama lain, untuk menganiayanya, sekaligus untuk memperoleh barang jarahan (Surat 9:5, 29).
    Kehendak Allah kelihatannya berubah-ubah sesuai dengan keberhasilan Muhammad dalam membunuh dan menjarah.1515.
       Dashti, 23 Years, pp. 82ff.
  4. Siapakah yang pertama-tama beriman? Muhammad atau Musa? (bandingkan Surat 6:14 dengan Surat 7:143).
    Anda tidak mungkin mempunyai dua orang “pertama” di dua waktu.

  5. Kenyataannya bahwa agama Yahudi dan Kekristenan pecah menjadi beberapa aliran dimanfaatkan di dalam Alquran untuk menjadi bukti bahwa baik agama Yahudi maupun Kekristenan bukanlah berasal dari Tuhan, (Surat 30:30-32; Surat 42:13, 14).
    Namun, bahwa Islam sendiri juga pecah menjadi berbagai mazhab/sekte yang saling bertikai tentu telah mendustakan Alquran itu sendiri.

Wahyu-Wahyu Yang Diatur

Alquran mengandung wahyu-wahyu yang disesuaikan dengan kesenangan dan keinginan pribadi Muhammad:
  1. Ketika Muhammad menginginkan istri dari anak angkatnya, dia tiba-tiba mendapatkan wahyu baru dari Allah yang memberi izin bagi seseorang untuk mengingini istri orang lain, lalu mengambilnya sebagai istri setelah habis masa Iddahnya, (Surat 33:36-38).
  2. Ketika Muhammad menginginkan lebih banyak lagi istri atau menginginkan para istrinya berhenti bertengkar, diapun segera mendapatkan wahyu baru untuk mengatasi masalah tersebut (Surat 33:28-34).
  3. Ketika banyak orang mengganggu Muhammad di rumahnya, dia segera menerima wahyu yang sesuai kondisi yang menetapkan peraturan mengenai kapan mereka boleh mengunjunginya dan kapan tidak boleh mengganggunya (Surat 33:53-58; 29:62-63; 49:1-5).

    [ 1). Istri-istri Muhammad terbagi atas dua kubu, kubu Ummu Salamah dan kubu Aisyah. Kubu Ummu Salamah sempat protes kepada Muhammad agar orang-orang yang berniat memberi hadiah kepada Muhammad jangan hanya dilakukan di rumah Aisyah (istri kesayangan Muhammad) melainkan di rumah istri mana saja ketika beliau berada.

    Maksudnya agar Muhammad dan orang-orang lain jangan ada yang pilih kasih di antara para istri. Tetapi apa jawaban Muhammad? Nabi memanfaatkan wahyu Allah untuk meredam kritikan Ummu Salamah itu. Beliau berkata: ”Jangan saya disakiti berkenaan dengan Aisyah. Sesungguhnya wahyu hanya datang kepada saya ketika saya dalam selimut seorang perempuan di rumah Aisyah,” (HR Bukhari).

    2). Aisyah sendiri juga pernah menyindir Muhammad ketika “wahyu-wahyu yang mengatur” ini selalu saja segera turun untuk membela urusan Muhammad terhadap wanita. Ketika ayat 33:49 turun, Aisyah berkata sinis kepada Muhammad: ”Allah cepat-cepat memenuhi keinginan nafsumu,” (As Suyuti dalam Asbab al-Nuzul tentang ayat tersebut)
    ]

Bahan-bahan Legendaris

Muhammad menggunakan banyak sekali materi khayalan dan legendaries sebagai sumber-sumber inspirasi Alquran.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Prof. Jomier, seorang ilmuwan besar bangsa Perancis dalam bidang kajian Timur Tengah sebagai berikut:1616.
   For the documentation on the sources of the Quran, see the books listed in the bibliography under such names Jeffery, Katsh, Tisdall, Gibb, Bell, Sell, Muir, Guillaume, Preserved Smith, Pfander, Shorrosh, Sweetman, Seale, Zwemer, as well as the standard reference works such as encyclopedias and dictionaries on Islam.

Umat Muslim menerima materi dan kisah tersebut di atas sebagai Firman Tuhan, tanpa menanyakan terlebih dahulu mengenai apa latar belakang histories dari materi tersebut. Sesungguhnya di situ kita menemukan legenda-legenda puitis yang popular, variasi-variasi dari tema religius yang diketahui berasal dari sumber-sumber lain.1717.
   Ibid., p. 51.

Alquran Dari Sumber-Sumber Arab

Alquran mengulang fable-fabel Arab khayalan seolah-olah hal itu benar.
  • Legenda-legenda Arab mengenai jin-jin menakjubkan mengisi lembar-lembar Alquran.1818.
       Dashti has an interesting discussion of the jinn on pp. 158ff.
       See also Rudolph Frieling, Christianity and Islam: A Battle for the True Image of Man (Edinburgh: Flores Books, 1980), p. 40ff.
  • Cerita mengenai unta betina yang melompat keluar dari sebuah batu, lalu menjadi seorang nabi. Dongeng ini sudah dikenal jauh hari sebelum Muhammad (Surat 7:73-77, 85; 91:14; 54:29).
  • Kisah mengenai seluruh penduduk desa yang berubah menjadi monyet-monyet karena mereka melanggar hari Sabat (yaitu bekerja mencari ikan di hari Sabat). Kisah ini sudah sangat populer pada zaman Muhammad (Surat 2:64; 7:163-166).
  • Cerita mengenai menyemburnya 12 mata air yang ditulis dalam Surat 2:60 sesungguhnya berasal dari legenda pra-Islam.
  • Kisah yang dinamakan “Rip Van Winkle,” di mana 7 orang beserta hewan-hewan mereka telah tidur di sebuah gua selama 309 tahun dan kemudian bangun kembali dalam keadaan sehat walafiat (Surat 18:9-26). Dongeng tersebut dapat ditemukan dalam fable-fabel Kristen dan Yunani maupun dongeng Arab yang disampaikan secara turun temurun.
  • Fabel mengenai potongan-potongan dari 4 ekor burung yang mati yang kemudian dapat hidup kembali dan terbang atas panggilan Ibrahim. Ini merupakan cerita terkenal pada zaman Muhammad (Surat 2:260).

    (Lihat betapa pelbagai tafsiran dan terjemahan Alquran yang amat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ada yang menerjemahkannya sebagai “jinak” dan bukan “potong” bagi ke 4 merpati tersebut).

Kesimpulannya sudah sangatlah jelas, Muhammad menggunakan kesusasteraan zaman pra-Islam seperti “Saba Moallaqat Imra’ul Cays” dalam menyusun ceritanya seperti yang tertulis dalam Surat 21:96; 29:31, 46; 37:59; 54:1 dan 93:1.

Alquran dari Sumber-Sumber Yahudi

Banyak dari cerita-cerita dalam Alquran yang berasal dari Talmud Yahudi, Midrash, dan hasil karya apokrif.
Hal tersebut dikemukakan Abraham Geiger dalam tahun 1833, dan selanjutnya didokumentasikan oleh ilmuwan Yahudi lainnya yaitu Dr. Abraham Katsh dari Universitas New York dalam tahun 1954.1919.
   The Concise Dictionary of Islam, p. 229; Jomier, The Bible and the Quran (Henry Regency Co., Chacago, 1959), 59ff.; Sell, Studies, pp. 210ff.; Guillaume, Islam, p. 13.
  1. Sumber dari Surat 3:35-37, adalah buku cerita khayalan yang disebut “The Protevangelion’s James the Lesser.”
  2. Sumber dari Surat 87:19 adalah Perjanjian Abraham.
  3. Sumber dari Surat 27:17-44 adalah Targum Ester ke 2 (Targum adalah terjemahan Kitab-kitab Perjanjian Lama dalam bahasa Arab).
  4. Cerita fantastic, mengenai Tuhan membuat orang “mati untuk ratusan tahun” tanpa menimbulkan suatu pengaruh buruk atas makanan, minuman, atau keledainya merupakan fable Yahudi (Surat 2:259 ff).
  5. Pendapat yang menyatakan bahwa Musa dibangkitkan kembali dari kematiannya dan bahan-bahan lain, terambil dari Talmud Yahudi (Surat 2:55, 56, 67).
  6. Kisah dalam Surat 5:30, 31 dapat juga ditemukan dalam karya pra-Islam yang ditulis oleh Pirke Rabbi Eleazar, Targum dari Jonathan ben Uzziah dan Targum Yerusalem.
  7. Dongeng mengenai Abraham yang dilepaskan dari kobaran api Nimrod berasal dari Midrash Rabbah (lihat Surat 21:51-71; 29: 16, 17; 37: 97, 98).
    Perlu diketahui, Nimrod dan Abraham tidak hidup pada waktu yang bersamaan. Muhammad selalu mencampuradukkan sosok orang-orang di dalam Alquran, padahal sosok-sosok tersebut tidak hidup pada waktu yang bersamaan.
  8. Perincian-perincian yang tidak bersifat Alkitabiah mengenai kunjungan Ratu Sheba (Saba) dalam Surat 27: 20-44 berasal dari Targum ke-2 dari Kitab Ester.
  9. Sumber dari Surat 2:102 tak diragukan lagi berasal dari Midrash Yalkut, Bab 44.
  10. Cerita dalam Surat 7:171 mengenai Tuhan mengangkat Gunung Sinai dan mengancam untuk menempatkannya di atas kepala orang-orang Yahudi adalah berasal dari buku Yahudi yang berjudul Abodah Sarah.
  11. Cerita mengenai pembuatan patung anak lembu emas di padang belantara di mana patung tuangan tersebut begitu keluar dari api sudah dalam bentuk sempurna dan dapat melenguh (Surat 7:148; 20:88), berasal dari Pirke Rabbi Eleazar.
  12. Ada 7 sorga dan neraka sebagaimana yang diungkapkan dalam Alquran berasal dari Zohar (hasil karya intepretasi Kitab Suci Yahudi yang penulisannya berdasarkan pada metode mistik) dan Hagigah.
  13. Muhammad terinspirasi karena Perjanjian Abraham untuk mengajarkan bahwa suatu skala atau timbangan akan digunakan pada hari pengadilan akhir untuk menimbang perbuatan baik dan perbuatan jahat agar dapat ditentukan apakah seseorang akan masuk ke Surga atau ke Neraka (Surat 42:17; 101:6-9).

Alquran Dari Sumber-Sumber Ajaran Kristen Sesat

Salah satu dari temuan fakta-fakta merusak dan paling banyak didokumentasikan mengenai Alquran adalah bahwa Muhammad menggunakan injil-injil dari ajaran “Kristen sesat” beserta segenap fable-fabelnya sebagai bahan dalam Alquran.

Encyclopedia Britannica berkomentar:
Injil yang dikenal Muhammad terutama berasal dari injil apokrif dan sumber-sumber sesat.2020.
   Encyclopedia Britannica, 15;648.

Hal ini telah diungkapkan berkali-kali oleh berbagai ilmuwan.2121.
   Richard Bell, Introduction to the Quran, pp. 163ff.
   See also: Bell, The Origin of Islam in its Christian Environment, pp. 110ff., 139ff.; Sell, Studies, pp. 216ff.
   See also Tisdall and pfander.

Sebagai contoh, Surat 3:49 dan 100:110, Bayi Yesus berbicara dari palungan! Kemudian, Alquran menyatakan Yesus membuat burung dari tanah liat menjadi hidup.

Padahal Alkitab memberitahu kita, mujizat yang dilakukan Yesus yang pertama adalah pada pesta perkawinan di Kana (Yohanes 2:11).

Alquran dari Sumber-Sumber Sabian

Muhammad memasukkan unsur-unsur dari agama kaum Sabian ke dalam Islam.2222.
   Encyclopedia of Islam (ed. Eliade), pp. 303ff.; International Standard Bible Encyclopedia, pp. 1:219ff.
Ia mengadopsi ritual-ritual para penyembah berhala seperti:
  1. Menyembah di Kaabah.
  2. Sembahyang lima kali sehari berkiblat ke Mekkah (Muhammad memilih sembahyang lima kali sehari seperti yang dilakukan oleh masyarakat Sabian).
  3. Berpuasa paruh hari sebulan penuh.

Alquran dari Sumber-Sumber Keagamaan Timur

Muhammad memperoleh ide-idenya dari berbagai agama Timur seperti Zoroastrianisme (agama Persia) dan Hinduisme. Semuanya ini memang sudah ada jauh-jauh hari sebelum Muhammad lahir.
Alquran mencatat hal-hal berikut di bawah ini, sebagai berasal dari Muhammad, tetapi sebetulnya kisahnya itu sudah lama dikenal sebagai cerita rakyat, yang sekarang dikaitkan secara spesifik kepada Muhammad untuk pertama kalinya.2323.
   See Sell, Studies, pp. 219ff. For details.
  • Cerita mengenai suatu perjalanan layang melintasi 7 Surga.
  • Perawan-perawan cantik yang tersedia di Surga.
  • Jin-jin yang menjadi Setan dan roh-roh lain dari Neraka yang bergentayangan.
  • “Cahaya” Muhammad.
  • Jembatan Sirat.
  • Surga dengan anggurnya, para perempuan cantik, dan lagu-lagu (dongeng dari orang-orang Persia tentang kenikmatan Surga).
  • Raja Kematian.
  • Cerita burung Merak.

Kesalahan Mengenai Yesus

Alquran nyata bertentangan dengan pengajaran Alkitab mengenai pribadi dan pekerjaan Yesus Kristus. Menyalahi nubuat-nubuat para nabi sebelumnya, apalagi Injil, dikatakan dalam Surat 4:157; 5:19, 75; 9:30 bahwa:
  1. Yesus bukan Putera Tuhan.
    (Padahal 700 tahun sebelumnya, nabi Yesaya menubuatkan Putera Tuhan ini, Sang Mesias, lihat Kitab Yesaya 9:5-6)
  2. Dia tidak mati untuk menanggung dosa-dosa kita.
    (Kembali, Yesaya 53:12 telah menubuatkan kematian Mesias untuk menanggung dosa orang banyak).
  3. Dia tidak disalib.
    (Yesus sendiri berkali-kali telah menubuatkan kepada murid-murid-Nya, bahwa diri-Nya akan disalib mati, dan dibangkitkan (Matius 20:19). Bisakah dan perlukah seorang Yesus menipu seberat itu kepada para muridNya? Bukankah akan heboh dan ketahuan juga andaikata Yesus berbohong?!).
  4. Yesus bukan manusia sekaligus Tuhan, melainkan Dia hanya manusia belaka.
    (Kembali, baca Yesaya 9:5 bahwa Dia juga disebut “Allah yang Perkasa”).
  5. Dia bukan Juruselamat.2424.
       Guillaume, Islam, pp. 38ff.; Jeffery, A., “Anti-Christian Literature,“ Muslim World, vol. 17 (1927) pp. 216-219. Kenneth Cragg, The Call of the Minaret, pp. 254-264, 286-291. See also Cragg’s work, The House of Islam.

    (Bila dia tidak datang untuk menjadi Juruselamat, umat Islam tidak mempunyai jawaban terhadap pertanyaan: “Apa misi dan prestasi Yesus diutus ke dunia?” Bukankah Sang Pengutusnya lalu dipermalukan sendiri karena Yesus yang datang dengan segudang mujizat dan Injil Ilahi, tetapi justru berprestasi nol dan sia-sia, diistilahkan TIGA HILANG, karena:
  1. Injilnya sendiri yang asli hilang tidak terlacak (begitu yang dipercayai Islam), dan
  2. Dia-nya sendiri hilang diraih Allah, ketika hendak disalib (?), dan yang paling parah
  3. Seluruh pengikut-pengikuti-Nya hilang, semua tergantikan akhirnya oleh pengikut Paulus yang mengajarkan kristianitas yang sesat yang justru menyembah Diri-Nya. Mungkinkah Allah dan Yesus dikalahkan Paulus?

Pandangan Alkitabiah mengenai Yesus Kristus yang sama sekali bertentangan dengan pandangan Alquran ini, tidaklah mudah untuk dihilangkan.
Hal ini sangat jelas, bukan karena masalah korupsi tetapi masalah pertentangan. Hal ini merupakan salah satu pokok masalah yang tak terjembatani, akan selamanya memisahan Kekristenan dan Islam.

Kesalahan Mengenai Trinitas

Alquran mengandung banyak kekeliruan mengenai hal-hal yang diimani dan yang dilakukan oleh umat Kristen.
Salah satu dari kekeliruan utama Alquran adalah salah memahami doktrin Trinitas umat Kristen. Muhammad keliru menganggap umat kristen menyembah tiga Tuhan: Bapa, Ibu (Maria), dan Anak (Yesus), (Surat 5:73-75, 116).2525.
   Concise Dictionary of Islam, pp. 229ff.; H Becker, Christianity and Islam, pp. 21ff.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Richard Bell sebagai berikut:

Muhammad tak pernah memahami doktrin Trinitas.2626.
   Richard Bell, Introduction to the Quran, p. 141.

Encyclopedia Britannica menyatakan:

Ada kesalahan konsep mengenai Trinitas di dalam Alquran.2727.
   Encyclopedia Britannica, 12:708.

Yusuf Ali dalam terjemahan Alquran yang dilakukannya mencoba menghindari kesalahan tersebut. Dia sengaja membuat terjemahan yang keliru terhadap Surat 5:73.

Teks bahasa Arab, perihal mengutuk mereka, mengatakan bahwa:

Allah salah seorang dari yang tiga,” maksudnya adalah Allah hanyalah satu dari tiga Tuhan.”

Baik Arberry, pun Pickthall, menerjemahkan teks tersebut di atas, dengan benar. Tetapi Ali sengaja menerjemahkan Surat 5:73 secara salah menjadi berbunyi:

Mereka menghujat barangsiapa berkata bahwa Allah adalah satu dari tiga dalam satu Trinitas. (God is one of three in a Trinity).

Kata-kata “dalam satu Trinitas” tidak pernah ada dalam teks bahasa Arab. Ali menaruh kata tersebut dalam terjemahannya sebagai upaya menghindari kesalahan ayat Alquran yang menunjuk umat Kristen mengimani tiga Tuhan.
Dalam kenyataannya umat Kristen hanya mengimani Satu Tuhan Tri Tunggal: Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Umat Kristen sama sekali tidak mengimani 3 Tuhan, dan Maria bukan salah satu oknum dalam Trinitas.

Bahkan Concise Dictionary of Islam mengakui:

Dalam beberapa kasus, “materi” yang membentuk substansi narasi Alquran, (seperti pengakuan iman Kristen dan Yudaisme), tidaklah mencerminkan apa yang dipahami oleh umat Kristen atau umat Yahudi itu sendiri!2828.
   Concise Dictionary of Islam, pp. 229-230.


(Dengan perkataan lain, bahwa sinyalemen Alquran terhadap materi ajaran Kristen/Yahudi itu tidaklah tepat sebagaimana mestinya!).

Alquran jelas salah dalam hal ini sampai-sampai seorang Muslim seperti Yusuf Ali, harus sengaja membuat suatu terjemahan Alquran yang salah, demi menghindari kesalahan Alquran itu sendiri.

Kesalahan Mengenai ‘Anak’ Tuhan

Contoh, Alquran membuat kesalahan dengan menyatakan, umat Kristen percaya bahwa Yesus adalah “Anak” Tuhan.
Istilah “Anak” di sini, dipahami oleh Alquran bahwa Tuhan “Bapa” punya tubuh laki-laki dan telah melakukan persetubuhan dengan Maria.
Itulah sebabnya dalam pikiran Muhammad, mengatakan “Tuhan punya Anak” adalah menghujat, sebab hal itu berarti bahwa Tuhan berhubungan seks dengan seorang wanita (Surat 2:116; 6:100, 101; 10:68; 16:57; 19:35; 23:91; 37:149, 157; 43:16-19).

Padahal, umat Kristen percaya bahwa Maria adalah perawan ketika Yesus dikandungkan dalam tubuhnya oleh Roh Kudus (Lukas 1:35).
Jadi, Yesus adalah “Anak” Tuhan, tetapi bukan dalam pengertian seksual atau fisikal dan biological seperti pemahaman Muhammad.
Tuhan “Bapa” bukanlah manusia dan oleh karenanya tidak punya tubuh laki-laki dan tidak berhubungan seks dengan siapapun.
Jikalau itu yang dimaksudkan dalam Alquran, dalam hal itu pulalah Alquran salah 100 persen!

Sembahyang Menghadap Yerusalem

Alquran sebagai wahyu, lagi-lagi membuat kesalahan pengajaran dengan menyatakan bahwa umat Kristen bersembahyang menghadap Yerusalem (Surat 2:144, 145).
Umat Kristen jelas tidak berkiblat pada arah tertentu manapun di dunia ketika mereka sembahyang.

[ Tuhan adalah Roh, penyembahan yang benar kepada-Nya tidak ditentukan oleh arah dan tempat tinggal manapun (Yohanes 4:21-24). Ruang, waktu, dan bahasa tidak mungkin boleh membatasi ke-MAHA-an diri-Nya! ]

Kesalahan Mengenai Kepercayaan Yahudi

Alquran membuat lagi kesalahan pengajaran dengan menyatakan, umat Yahudi percaya Uzair adalah Anak Tuhan, seperti halnya umat Kristen menyatakan Yesus adalah anak Tuhan (Surat 9:30).
Perihal tersebut sangat jauh dari kebenaran, karena orang Yahudi tidak pernah men-tuhan-kan Uzair secara ilahi.

Sebagaimana yang dinyatakan dalam Concise Dictionary of Islam sebagai berikut:

Banyak rincian-rincian mengenai Yudaisme yang ditulis dalam Alquran, menyimpang dari apa aslinya kepercayaan Yahudi.2929.
   Ibid., p. 2.

[ Walau sering diucapkan berulang-ulang, namun pada dasarnya Muhammad tidak memahami dengan benar apa itu Kitab Taurat, apalagi Zabur, Injil ]

Rasisme Arab

Menurut terjemahan bahasa Arab secara literal dari Surat 3:106-107, pada Hari Penghakiman, hanya orang-orang dengan wajah putih yang akan diselamatkan. Orang-orang wajah hitam akan dihukum.
Ini merupakan rasisme dalam bentuk yang paling jelek.

Sebagaimana Victor dan Deborah Khalil mengungkapkannya dalam artikel mereka mengenai Islam sebagai berikut:

Orang-orang Amerika berkulit hitam telah dibujuk oleh Islam secara luas, tetapi melalui informasi yang salah. Mereka mendengar, “Kekristenan adalah agama orang kulit putih; Islam adalah agama dari segala bangsa.” Mereka diberitahu bahwa Allah dan Muhammad adalah hitam. Padahal sesungguhnya orang Muslim di Timur Tengah masih menganggap orang-orang berkulit hitam sebagai budak-budak. Bagi mereka, lebih jelek dari pada menghujat adalah kalau mempercayai bahwa Allah atau Muhammad adalah hitam.”3030.
   Victor Khalil and Deborah Khalil. “When Christians Meet Muslims,“ Christian Herald, July/August 1988, p. 44.

Perlu pula dijelaskan, orang Muslim Arab telah memperbudak orang Afrika berkulit hitam jauh hari sebelum orang barat mulai melibatkan diri di dalamnya.

[ Harap dibedakan: Kalau ada praktek perbudakan di kalangan orang-orang Barat, belum tentu mereka Kristen. Dan, apabila pun mereka Kristen, praktek tersebut bukanlah legitimasi dari ajaran Kristen. Berlainan dengan Islam yang melegitimasikan perbudakan! Bahkan Muhammad sendiri memelihara budak, baca Hadis Shahih Bukhari vol. 6 no. 435 ]

Suatu Surga Kedagingan

Alquran menjanjikan suatu Surga penuh anggur dan seks bebas (Surat 2:25; 4:57; 11:23; 47:15)
Jika mabuk dan perbuatan tidak bermoral merupakan dosa selagi masih berada di dunia, bagaimana mungkin perbuatan semacam itu dibenarkan di Surga? Apakah hal ini bukan merupakan bukti nyata kesekian kali bahwa Islam sesungguhnya merefleksikan ide-ide dan kebiasaan-kebiasaan dari budaya Arab abad ke-7?

Gambaran Alquran mengenai keindahan Surga sama persis dengan apa yang dipikirkan oleh para penyembah berhala bangsa Arab abad ke-7.

Konsep kedagingan dan duniawi mengenai harem dengan wanita-wanita dan segala macam anggur yang dapat diminum, sungguhlah bertentangan langsung dengan konsep Alkitab mengenai Surga yang bersifat rohaniah, transendental dan kudus (Wahyu 22:12-17).
Tak ada yang lebih jelas dari pada pertentangan ini.

[ Quran dengan bahasa surgawi (Arab) mencoba menggambarkan sorga secara nyata. Namun terperosok menggambarkannya secara keduniawian (seperti dongeng Persia).
Sangat berlainan dengan penulis-penulis Alkitab yang memang menyadari bahwa bagaimanapun, pikiran dan bahasa dunia tidak akan mampu mendeskripsikan sorga ]

Masalah Riba

Di Arabia abad ke-7, praktek-praktek menetapkan bunga atas uang yang dipinjamkan pada orang lain dikutuk sebagai riba. Jadi tidaklah mengherankan kalau Muhammad juga mengutuk riba dalam Alquran (Surat 2:275 ff; 3:130; 4:161; 30:39).
Alasan kami menunjukkan perihal ini yaitu bahwa umat Muslim modern saat ini secara terbuka mengingkari ajaran Alquran dalam kaitannya dengan masalah riba.
Umat Muslim sekarang ini akan menarik bunga pada uang yang dipinjamkannya dan mereka akan membayar bunga pada uang yang mereka pinjam.

Kalau umat Muslim harus menerapkan kutukan Alquran terhadap riba pada praktek keuangan mereka jaman sekarang, pasti tidak akan ada yang namanya bank-bank Muslim.

Bahkan pemerintah-pemerintah Muslim, pun seharusnyalah tidak akan mengenakan bunga atau menerima bunga atas pinjaman.
Itu sebabnya mengapa beberapa pembela Muslim mencoba dengan segala cara untuk tetap bersih dari isu riba. Sebab kalau tidak, mereka harus mendefinisikan riba sebagai mengambil bunga tidak sah.

Namun sudah jelas, bukan saja dari Alquran, tapi juga dari konteks sejarah, bahwa Muhammad melarang menarik bunga sama sekali atas semua uang yang dipinjamkan, terutama kepada sesama Muslim.

Diskusi Riba Yang Menarik

Dalam percakapan dengan seorang Muslim, saya menyebutkan larangan Alquran atas penarikan riba pada uang yang dipinjamkan pada orang lain.
Dia abaikan perihal tersebut karena dia berpendapat, Alquran dalam masalah ini hanya merefleksikan budaya Arab abad ke-7 dan oleh karena itu larangannya dapat diabaikan pada jaman kini.

Tetapi, saya mengatakan, jikalau prinsip seperti ini (pengabaian larangan Islam) diterapkan kepada semua unsur budaya Islam yang lainnya, misalnya kewajiban untuk melaksanakan kelima rukun Islam, hukum-hukum sipil, hukum mengenai makanan, hukum berbusana, dan lain-lain, maka Islam sendiri akan ambruk seperti rumah kartu-kartuan.
Setelah merenungkan apa yang saya katakan ini, dia kemudian berubah pikiran. Ia mengatakan bahwa larangan Alquran atas riba memang bukan hukum “budaya,” tetapi hukum Allah yang abadi.

Saya terpaksa harus mengatakan bahwa larangan Alquran atas riba bisa merupakan larangan budaya dan karenanya boleh diingkari, atau larangan ini bisa merupakan firman Allah yang abadi dan karenanya orang-orang harus tunduk dan tidak lagi mengambil bunga atas uang yang dia pinjamkan.
Terhadap kata-kata saya ini teman Muslim tersebut tidak memberi tanggapan.

Bagi pemikiran akal sehat, sudah jelas bahwa setiap kali seorang Muslim menerima bunga dari rekening banknya, dari uang yang dipinjamkannya, atau dari hipotek barang, setiap kali itu pula dia mendemonstrasikan bahwa Alquran sungguh merupakan produk dari budaya abad ke-7 dan bukan firman Tuhan yang abadi.
(Kalau dia menganggap itu firman Tuhan yang abadi pasti dia tidak boleh menerima bunga tersebut).

Kesimpulan

Sementara seorang Muslim saleh mengimani dengan sepenuh hati bahwa ritual-ritual dan doktrin-doktrin Islam seluruhnya berasal dari Surga dan oleh karenanya tidak mungkin memiliki sumber-sumber duniawi. Namun hal sebaliknya, para ilmuwan kajian Timur Tengah malah menunjukkan dengan tanpa ragu-ragu bahwa setiap ritual kepercayaan di dalam Islam dapat ditelusuri kembali sampai pada budaya Arab zaman pra-Islam.

Dengan ucapan lain, Muhammad tidak mengajarkan sesuatu yang baru. Semua yang dia ajarkan telah dipercaya dan dipraktekkan di Arabia jauh sebelum Muhammad lahir.

Bahwa ide dari “satu-satunya Tuhan” telah dipinjamnya dari umat Yahudi dan Kristen. Fakta yang tidak dapat dibantah ini membuat sirna pernyataan Muslim bahwa Islam diwahyukan dari Surga.
Karena ritual-ritual, kepercayaannya, dan bahkan Alquran sendiri dapat ditelusuri dan dijelaskan dari sumber budaya Arab jaman pra-Islam, maka perihal ini menunjukkan bahwa agama Islam bukanlah agama pewahyuan surgawi.

Tidak mengherankan, para ilmuwan Barat telah menyimpulkan bahwa Allah bukan Tuhan Elohim (YAHWEH), Muhammad bukan nabi Elohim, dan Alquran bukanlah Firman Elohim.

Notes.
Chapter 10 – A Scientific Examination of the Quran.
1
Murice Bucaille, The Bible, the Quran and the Science (Indianapolis: American Trust Pub., 1979), p. 126. He has a been answered in a definitive way by Dr. William Campbell in a book soon to published by Arab World Ministries in Upper Darby, Pennsylvania. He was kind enough to allow us to read his unpublished manuscript.
2
For a short discussion of this point, see Adelphi Ghiyathuddin and Ernest Hahn, The Integrity of the Bible According to the Quran and the Hadith (Hyderabad, India: Henry Martyn Institute of Islamic Studies, 1977). John Gilchrist, The Textual History of the Quran and the Bible (Benoni, South Africa: Jesus to the Muslims, 1987). For a lengthy discussion see: C.G. Pfander, The Balance of Truth (London: Religious Tract Society, 1910).
3
Selim Abdul-Ahad and Ernest Hahn, The Gospel of Barnabas (Hyderabad, India: Henry Martyn Institute of Islamic Studies, 1985). William Campbell, The Gospel of Barnabas: Its True Value (Rawalpinidi, Pakistan: Christian Study Center, 1989). John Gilchrist, Origins and Sources of the Gospel of Barnabas (Benoni, South Africa: Jesus to the Muslims, 1987).
4
For a complete list of contradictions between the Quran and the Gospel of Barnabas, see Campbell, Abdul-Ahad, and Hahn listed above.
5
For a short treatment on the subject see John Gilchrist, The Crucifixion: A Fact, Not a Fiction (Benoni, South Africa: Jesus to the Muslims, 1987). For a lengthy treatment, see Josh McDowell and John Gilchrist, The Islam Debate (San Bernardino, CA: Here’s Life Pub., 1983) and Anis Shorrosh, Islam Revealed (Nashville: Thomas Nelson, 1988).
6
Encyclopedia Britannica, 13: 479.
7
Sell, Studies, p. 225.
8
C.G. Pfander, Balance of Truth, pp. 283ff.
9
Caesar Farah, Islam: Beliefs and Observation (New York: Barrons, 1987), pp. 86ff.
10
Guillaume, Islam, pp. 21ff.
11
Encyclopedia Britannica, 15:479.
12
Ibid., p. 763.
13
Concise Dictionnary of Islam, p. 229.
14
McClintock and Strong, Cyclopedia, VI:407. See also Dashti, 23 Years, p. 92.
15
Dashti, 23 Years, pp. 82ff.
16
For the documentation on the sources of the Quran, see the books listed in the bibliography under such names Jeffery, Katsh, Tisdall, Gibb, Bell, Sell, Muir, Guillaume, Preserved Smith, Pfander, Shorrosh, Sweetman, Seale, Zwemer, as well as the standard reference works such as encyclopedias and dictionaries on Islam.
17
Ibid., p. 51.
18
Dashti has an interesting discussion of the jinn on pp. 158ff. See also Rudolph Frieling, Christianity and Islam: A Battle for the True Image of Man (Edinburgh: Flores Books, 1980), p. 40ff.
19
The Concise Dictionary of Islam, p. 229; Jomier, The Bible and the Quran (Henry Regency Co., Chacago, 1959), 59ff.; Sell, Studies, pp. 210ff.; Guillaume, Islam, p. 13.
20
Encyclopedia Britannica, 15;648.
21
Richard Bell, Introduction to the Quran, pp. 163ff. See also: Bell, The Origin of Islam in its Christian Environment, pp. 110ff., 139ff.; Sell, Studies, pp. 216ff. See also Tisdall and pfander.
22
Encyclopedia of Islam (ed. Eliade), pp. 303ff.; International Standard Bible Encyclopedia, pp. 1:219ff.
23
See Sell, Studies, pp. 219ff. For details.
24
Guillaume, Islam, pp. 38ff.; Jeffery, A., “Anti-Christian Literature,“ Muslim World, vol. 17 (1927) pp. 216-219. Kenneth Cragg, The Call of the Minaret, pp. 254-264, 286-291. See also Cragg’s work, The House of Islam.
25
Concise Dictionary of Islam, pp. 229ff.; H Becker, Christianity and Islam, pp. 21ff.
26
Richard Bell, Introduction to the Quran, p. 141.
27
Encyclopedia Britannica, 12:708.
28
Concise Dictionary of Islam, pp. 229-230.
29
Ibid., p. 2.
30
Victor Khalil and Deborah Khalil. “When Christians Meet Muslims,“ Christian Herald, July/August 1988, p. 44.

Tidak ada komentar: